Joki "Mimpi" Olimpiade

(sumber: voaindonesia.com)

Terinspirasi dari artikel voaindonesia.com

Joki Anak-Anak di Sumbawa Abaikan Bahaya Demi Uang (25/11/12)


Sumbawa??

Pertama-tama mendengar kata tersebut apa yang ada di benak anda pertama kali?

Susu kuda liar -kah?

Susu ini konon katanya kaya akan vitamin, mengandung komponen antibakteri alami sehingga membuat susu menjadi awet, dan tahan disimpan di suhu kamar sampai 5 bulan dan juga tidak mengalami penggumpalan ataupun kerusakan meskipun tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi bahan pengawet apapun.
Bandingkan dengan susu sapi yang sangat dengan mudahnya basi di suhu ruangan terbuka.

Susu kuda liar ini tentunya berasal dari susu kuda Sumbawa yang dipelihara dengan cara ekstensif secara liar, yaitu dilepas di hutan atau daerah bukit di pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kabupaten Sumbawa, Bima, Dompu.

Keunggulan kuda Sumbawa ini  pada umumnya tangguh, tahan pada cuaca panas, serta relatif jinak.
Dimana hal ini sangat cocok dengan budaya masyarakat Bima, umumnya pulau Sumbawa, yang mempunyai tradisi menggelar balapan kuda atau disebut pacoa jara dalam bahasa lokal. Dengan kuda yang tangguh dan jinak, maka kuda liar Sumbawa, kini sudah banyak yang dipelihara dan dilatih untuk menjadi kuda pacu. Yang membuat tradisi pacoa jara menjadi semakin seru, dengan banyaknya kuda-kuda yang terlatih.

Tradisi balapan kuda ini yang memang merupakan kebudaayaan turun-temurun, yang sangat digemari masyarakat lokal, bahkan kerap kali para wisatawan mancanegara dengan sengaja datang ke Sumbawa untuk melihat balapan kuda ini.

Nah, uniknya para joki balap kuda ini, seperti artikel yang di muat di voaindonesia.com, jokinya adalah anak-anak yang masih berumur belasan tahun, bahkan ada yang berumur kurang dari sepuluh tahun. Bahkan dikatakan bahwa ada joki anak-anak ini yang belajar memacu kuda sedari umur lima tahun. Mungkin agak ekstrem memang ketika kita mendengarnya. Dimana anak-anak seumur ini di kota-kota besar di Indonesia, biasanya masih asyik sibuk belajar piano, ngeles mandarin, maen pe-es, nge-wii, atau malah fesbukan -eh di Sumbawa ini udah latihan nge-joki kuda.

Joki kuda anak-anak ini tentunya bukan sekedar joke di arena pacuan kuda, karena joki anak-anak ini memang bertaruh nyawa di dalam melakukan hal tersebut.  Tentunya hal ini dilakukan selain demi uang yang akan di dapatkan dari upah menjadi joki, dan juga apabila joki anak tersebut bisa memenangkan pertandingan, hal ini tentunya bisa menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.

Tentu saja hal ini mengundang berbagai kontroversi dan berbagai kritik pedas dari masyarakat. Yang mana sebagian masyarakat tentunya sangat mengkhawatirkan kondisi keamanan si joki anak-anak di dalam mengikuti pacuan kuda, karena memang pacuan kuda di Sumbawa tidak termasuk dalam kriteria standar pacuan kuda Nasional. Tetapi menurut salah seorang ketua penyelenggara pertandingan, mengatakan bahwa joki anak-anak itu merupakan pengendara kuda yang handal dan tidak pernah ada yang tewas ataupun terluka parah saat pertandingan.

Tetapi menurut saya, joki anak-anak itu sebenarnya sudah pada track yang benar. Cuman memang arahnya saja yang harus dibina dan difokuskan.
Tentunya anda tahu Valentino Rossi, rider MotoGP kawakan yang sudah memenangi 9 kejuaraan dunia yang diselenggarakan oleh FIM. Si Valentino Rossi ini tentunya tidak serta merta menjadi kampiun tanpa memulai sesuatu dari bawah. Valentino membalap sedari usianya masih sangat belia, Ia mengikuti kejuaraan karting, minimoto, sampai akhirnya masuk ke kelas 125cc di seri MotoGP di usianya yang masih belasan tahun.
Bahkan talenta berbakat di dunia F1, yang baru saja memenangi seri F1 2012, yaitu Sebastian Vettel, juga memulai karir balapnya di umur 3,5 tahun.

Kemudian di cabang olahraga lain, ada Lionel Messi, sang messiah dunia sepakbola. Yang karirnya di mulai pada masa kanak-kanak, dan di kontrak klub bergengsi sekelas FC Barcelona di umur sebelas tahun.
Lalu yang paling ekstrem lagi adalah para atlet-atlet yang dipersiapkan untuk Olimpiade di China. Para atlet ini dimasukkan di training centre pada usia yang masih sangat-sangat belia. Bahkan sempat beredar pula sejumlah foto-foto mengerikan yang diposting di internet, yang menunjukkan anak-anak China tersebut menangis karena kesakitan di saat latihan. Tetapi sekeras apapun orang luar mengkritik, nyatanya alumni training centre di China untuk olimpiade ini sukses besar di pelbagai kejuaraan dunia selama satu dekade terakhir.

Nah oleh sebab itulah saya rasa memang tidak ada yang salah dengan joki anak-anak ini. Mengingat untuk keluar sebagai pemenang, dibutuhkan latihan yang berat dan pengalaman bertanding yang cukup.
Dengan semakin meningkatnya "jam terbang" pertandingan seseorang -yang diimbangi dengan latihan ekstensif dan repetitif, maka mental juara, kekuatan fisik, ability, serta skill seorang kampiun mulai bisa terasah dan akan mengalami peningkatan, yang tentunya akan sangat berguna di dalam memenangkan suatu kompetisi.

Oleh karena itu, semoga Pemerintah, setidaknya mulai memberi perhatian lebih kepada para joki-joki muda ini yang "mungkin" suatu saat bisa tampil di pentas Olimpiade -apabila diberi fasilitas yang memadai. Di mulai dari pelatihan dan pembinaan "serius", baik dengan memberikan pelatih yang profesional serta pembentukan training centre yang sesuai standar Nasional. Lalu kemudian Pemerintah bisa mulai meningkatkan standarisasi perlombaan pacuan kuda di sana agar bisa setingkat dengan perlombaan Nasional dan Internasional, beserta juga standarisasi safety equipment untuk perlombaan, untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi, serta melindungi karir para joki-joki potensial di masa depan.

Dengan adanya 6 cabang equestrian di Olimpiade, yaitu Individual dressage, Team dressage, Individual jumping, Team jumping, Individual eventing, dan Team eventing, tentunya kesempatan para joki-joki muda ini sangat terbuka lebar. Sehingga tidak seperti pada olimpiade 2012 lalu, yang mana tak satupun atlet Indonesia yang terjun di cabang olahraga equestrian ini.
Saya rasa, sudah saatnya Pemerintah Indonesia mulai memberi perhatian ekstra ke cabang olahraga lain selain bulutangkis yang bahkan tak mampu mendapatkan satu pun medali emas di Olimpade 2012.

Mungkin siapa tahu, di Olimpiade 2016 di Brazil atau mungkin kalau terlalu cepat, bisa "mungkin" di Olimpiade di tahun 2020, para joki-joki muda ini bisa beraksi di sini, bukan hanya sekedar untuk "mencari uang", ataupun sekedar "kebangaan" semata, tetapi para joki-joki muda ini bisa tampil di kancah Internasional sebagai representasi dari bangsa Indonesia.
Sehingga para joki-joki ini tidak lagi menjadi joke-joke di media massa, yang mungkin sudah terkamuflase oleh banyaknya joki-joki tak beraturan yang beredar di Indonesia, seperti joki ujian Nasional, joki UMPTN, sampai joki 3 in 1.

Akhir kata, semoga joki-joki liar ini tidak hanya menjadi catatan-catatan liar yang berhubungan dengan pulau Sumbawa saja -selain susu kuda liar yang sudah melegenda, melainkan semoga joki-joki ini bisa "seliar" statusnya ketika berada di lintasan balap pacuan kuda. Entah itu di pentas Nasional ataupun Internasional.

Dan juga semoga mimpi joki-joki ini, suatu saat akan jadi "mimpi indah" buat keharuman nama Bangsa Indonesia di mata dunia Internasional.