Negara Kesatuan Republik Twitter

Terinspirasi dari artikel Voaindonesia.com

Banyak Negara Lambat Manfaatkan Kekuatan Twitter (18/11/12)


Di dalam artikel tersebut di katakan bahwa hanya tiga akun twitter dengan nama negara yang secara resmi diverifikasi oleh situs media sosial tersebut yang di kelola secara resmi oleh negara yang bersangkutan.

Hanya Inggris, Israel dan Afrika Selatan saja yang telah diverifikasi oleh twitter sebagai akun-akun resmi yang dikelola pemerintah atau badan pariwisata.
Lalu akun twitter @Indonesia ini milik siapa??
Tanpa menyelidiki lebih jauh tentang bukti kepemilikan akun tersebut yang di follow oleh hampir 200,000 follower yang mana jumlahnya masih berbanding jauh bahkan oleh seorang pria "biasa" dengan akun @poconggg yang mempunyai pengikut lebih dari 2juta follower , yang sempat menghebohkan dunia twitter dengan twit-twit banyolan-nya.

Miris!!!

Ada sebuah penelitian dari Universitas Oxford yang menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga dari seluruh dunia berdasarkan pengguna twitter di satu negara.
Yang mana di dalam penelitian yang dipimpin oleh Mark Graham dari Oxford Internet Institute, dan Monica Stephens dari Humboldt State California menyatakan bahwa Indonesia hanya kalah dari Amerika Serikat dan Brazil yang notabene merupakan negara maju di dunia.
Belum lagi penelitian yang dilakukan oleh Semiocast, lembaga riset media sosial yang berpusat di Paris, Prancis, ternyata jumlah pemilik akun Twitter di negara ini merupakan yang terbesar kelima di dunia.
Posisi Indonesia berada di urutan kelima dengan jumlah akun 19,5 juta. Dimana urutan pertama masih dipegang oleh Amerika Serikat dengan dengan 107,7 juta, posisi kedua diraih Brasil dengan 33,3 juta, posisi ketiga diraih Jepang dengan 29,9 juta, dan Inggris Raya ada di posisi keempat dengan 23,8 juta akun.
Dan menurut data yang didapatkan Presiden Direktur PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Rinaldi Firmansyah, pada Konferensi Bali Annual Telkom International 2011 di Ayana, Jimbaran - Bali, menyatakan bahwa Indonesia menduduki ranking pertama di Asia sebagai pengguna layanan twitter dan facebook dengan jumlah total pengguna kedua media sosial ini sebanyak 47 juta user.

Sungguh mencengangkan melihat statistik-statistik yang ada tersebut.
Dengan populasi penduduk Indonesia hampir 240 juta jiwa, dimana hampir dari seperempat populasinya menggunakan media sosial sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakatnya, tetapi bahkan Pemerintah Indonesia tidak mempunyai akun resmi Twitter ataupun Facebook yang telah diverifikasi secara resmi dan dikelola secara profesional sebagai bagian dari tatanan Pemerintahan Republik Indonesia.
Masih ingatkah Pemerintah Indonesia dengan gerakan Arab Spring yang mana telah meluluh lantakkan dunia Arab dengan revolusi rakyatnya yang memanfaatkan media sosial sebagai bagian dari kampanye revolusi dan mengkoordinasikan serangan, baik melalui twitter, facebook, youtube, maupun media sosial lainnya.
Dimana pemerintah otoriter yang hampir pasti "dulunya" tak mungkin bisa digulingkan, akhirnya tumbang juga dengan "kekuatan" media sosial.  Mulai dari pemimpin Libya -Muammar Gaddafi, Pemimpin Mesir -Hosni Mubarak, sampai dengan Pemimpin Tunisia -Zine El Abidine Ben Ali, berhasil dilengserkan dari "status" presiden seumur hidup yang selalu melekat erat di kursi jabatan kepresidenan-nya.
Belum lagi kerusuhan yang melanda di bumi Arab lain, yang sampai harus membubarkan kabinet dan pemerintahan, seperti di Kuwait, Irak, Yaman, Oman dan Yordania. Dan dengan terpaksa sejumlah negara dengan terpaksa harus melakukan konsesi ekonomi dan politik, seperti di Bahrain, Arab Saudi, Oman dan Maroko. Bahkan sampai sekarang kerusuhan masih terus berlangsung di beberapa negara Arab, di Yordania, Sudan, Bahrain, Kuwait, Maroko, Mauritania, Palestina dan tentunya negara Suriah yang mengalami perang saudara yang berlarut-larut sampai sekarang, dimana korbannya sudah lebih dari 30,000 jiwa.
Masihkah Pemerintah Indonesia harus menunggu sampai hal tersebut terjadi?
Atau haruskah Pemerintah Indonesia menunggu sampai suatu saat "mungkin" ada timbul gerakan Asia Spring??

Tentunya masih ingat di benak kita akan bentrokan warga antara warga pendatang suku Bali dan masyarakat asli Lampung di desa Bali Nuraga, Lampung Selatan yang menewaskan 14 orang.dan lebih dari 160 unit rumah di bakar, beserta 2 sekolah yang juga ikut dibakar, belum lagi dihitung kerugian materiil dan imateriil. Padahal di daerah tersebut saya rasa belum terjangkau dunia twitter, facebook ataupun semacamnya. Tetapi telah menghasilkan "kerusakan" dan "kerugian" yang cukup dahsyat. Bayangkan saja andaikan masyarakat yang bertikai tersebut sudah menggunakan media twitter ataupun facebook, untuk menggalang aksi massa, dalam penyerangan ke warga pendatang suku Bali di desa Bali Nuraga, Lampung Selatan. Tentunya massa yang datang tidak hanya berasal dari masyarakat asli suku Lampung yang ada di Lampung selatan saja, tentunya bahkan akan menarik lebih banyak masyarakat asli yang ada di provinsi Lampung dan daerah-daerah sekitarnya, yang bakal segera terprovokasi begitu mendengar isu-isu SARA dan mereka akan bersatu menyerang daerah yang telah ditargetkan tersebut.

Bagaimana Pemerintah Indonesia bisa menghalangi gerakan revolusi-revolusi atau kampanye-kampanye anarkis di dalam media sosial, kalau saja kejadian di Lampung tersebut, yang dimulai dari isu pelecehan oleh warga suku Bali terhadap warga suku Lampung, yang tentunya sama sekali tidak benar isunya itu, menggunakan media twitter, facebook dan semacamnya untuk provokasi penyerangan dengan eskalasi yang lebih besar ke daerah desa Bali Nuraga?? Yang bahkan Pemerintah Indonesia tak mempunyai akun resmi untuk memverifikasi kebenaran yang terjadi di dunia media sosial?? ataupun tampil sebagai penengah diantara pihak yang berkonflik?
Akankah begitu ada kejadiannya, tiba-tiba Pemerintah Indonesia segera membuat twitter dengan zero follower, yang lalu dengan lantangnya segera meredakan tensi-tensi ketegangan yang terjadi di dalam media sosial??
Apa tidak keburu jadi Lampung Spring?

Belajar juga dari konflik Israel dan Hamas yang bahkan kini membawa pertempuran itu ke ranah dunia twitter dan media sosial lainnya. Dimana kelompok militan Hamas dan Israel saling menyerang di twitter selama pertempuran yang terjadi di lapangan, guna mempengaruhi opini publik dan mendapatkan dukungan dari internasional. Bahkan pemimpin "propaganda" dari pihak Israel mempunyai latarbelakang dunia militer, yaitu Letnan Sacha Dratwa. Yang mengartikan bahwa Israel telah secara serius dan profesional di dalam menanggapi hal-hal yang terjadi di media sosial.
Lalu bagaimana bisa Pemerintah Indonesia mempengaruhi dan menggiring opini publik ataupun hanya sekedar mendapatkan dukungan internasional, kalau bahkan akun resmi media sosial saja tidak ada?

Kalau saja masyarakat Internasional terbiasa mendengar berita-berita buruk tentang Indonesia melalui twitter, facebook, bahkan menonton video-video "unusual" yang di-upload di youtube, tentang kerusuhan-kerusuhan yang ada di Indonesia, seperti video insiden pembantaian warga Ahmadiyah di Cikeusik, video kasus Mesuji, video kerusuhan Mei 1998, ataupun video-video kerusuhan lainnya , tentunya hal-hal tersebut akan membuat masyarakat internasional memandang Indonesia sebagai negara yang penuh kerusuhan, kekejaman dan kekejian. Apalagi hal tersebut di dukung dengan tidak adanya verifikasi resmi "kebenaran" dari Pemerintah Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, bahwa kata kunci yang berasal dari Indonesia kerap sekali masuk dalam trending topic twitter secara global, yang mana hal itu juga didukung oleh penelitian dari Semiocast yang mengeluarkan hasil riset yang menyebutkan bahwa tweet berbahasa Melayu menguasai 6,4 persen keseluruhan tweet yang di-posting. Ini menempatkan bahasa Melayu pada urutan kelima bahasa yang paling banyak digunakan untuk nge-tweet setelah bahasa Inggris, Jepang, Portugis, dan Spanyol. Tentu saja sebagian besar twit-twit berbahasa Melayu ini berasal dari Indonesia.

Melihat data dan fakta yang ada, jadi mari mulailah Pemerintah Indonesia ikut berpartisipasi dalam memainkan peran penting media sosial di dalam menjalankan roda pemerintahan, seperti yang telah dilakukan oleh pemprov DKI.

 Lalu menilik dari pernyataan Mark Graham dari Oxford Internet Institute yang mengatakan bahwa "Media sosial telah menjadi keseharian pengguna internet di seluruh dunia". Beserta janji dari Rinaldi Firmansyah, selaku Presiden Direktur PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang mengatakan bahwa seluruh Indonesia akan terkoneksi dan tidak ada lagi daerah yang tak terjangkau televisi hingga internet.
Oleh karena itulah, dunia internet yang mencakup di dalamnya dunia media sosial, merupakan sebuah kendaraan komunikasi yang sangat penting dan signifikan.

Kemudian mengambil sekelumit kata bijak yang di ucapkan oleh Martin Vanbee,
Learn from the mistakes of others- you can't live long enough to make them all yourself ”.
 atau dalam bahasa Indonesianya berarti:
“Belajarlah dari kesalahan orang lain, karena anda tidak cukup waktu untuk melakukanya sendiri.”
Jadi sekali lagi, semoga Pemerintah Indonesia tidak mengabaikan "pesan-pesan" yang telah terjadi. Dan mau menyikapi secara "serius" bahwa media sosial mampu menjadi sebuah alat tempur didalam mempertahankan suatu kedaulatan sekaligus menjadi sebuah tools didalam mengenalkan Indonesia yang lebih baik, baik ke masyarakat Indonesia itu sendiri maupun ke mata dunia internasional.

So, bukan hanya dari Indonesia, Untuk Indonesia, Oleh Indonesia saja.
Nantinya juga akan ada @Indonesia dan #Indonesia untuk seluruh follower Indonesia.

Tidak ada komentar: